ContohKhutbah Jumat Singkat Terbaru: Amalan-amalan di 10

Aqidah Ahlul Sunnah Dalam Bab Af'al Al-Ibad OLEH Abu Amru Radzi Othman AQIDAH AHLUL SUNNAH DALAM BAB AF'AL AL IBAD Ahlul Hadis tidak berpendapat seperti Qadariyah yang kemudian diwarisi oleh Mu'taazilah lalu akhirnya diikuti oleh Maturidiyah Samarkhand yang didirikan oleh Imam Maturidi. Tidak juga mengikut ajaran Jabariyah yang kemudiannya dianut oleh Asyaariyah dan kemudian Maturidiyah Bukhara. Untuk mengetahui bagaimana keyakinan Asli Ahlul Sunnah dalam bab Perbuatan Manusia atau Af'al al Ibad, maka boleh dilihat pada beberapa kitab aqidah ulama salaf as soleh dan khususnya kitab Imam Al Bukhari dengan tajuk Khalqu Af'al Al Ibad. Pernah terjadi dalam catatan sejarah dan ini diakui oleh seluruh penganut Asyaariyah bahawa Qadi mereka pernah memenjarakan anak murid Ibnu Taimiyyah iaitu Al Hafiz Al Mizzi kerana beliau mengajarkan kitab Imam Al Bukhari tersebut di Masjid Besar Umawiyah di Damsyik! Ketika mana Al Mizzi membacakan dan mengajar masyarakat Damsyik terhadap aqidah Ahlul Sunnah yang beliau petik dari Amirul Mukminin fil Hadis iaitu Imam Al Bukhari maka para penganut Asyaariyah berkata "Al Mizzi sedang membantah paham kita" maka mereka melaporkan kepada Qadi lantas Al Mizzi dipenjara! Syeikul Islam Imam Ismail As Shabuni berkata dalam kitab aqidahnya yang berjodol Aqidah Salaf Ashabul Hadis pada bab Keyakinan Ahlul Sunnah Wal Jamaah Bahawa Perbuatan Hamba Adalah Makhluk "Diantara keyakinan Ahlul Sunnah Wal Jamaah dalam masalah perbuatan hamba , bahawasanya perbuatan hamba adalah makhluk Allah Ta'ala. mereka tidak berselisih tentang masalah ini dan mereka tidak menganggap termasuk dari Ahlul Sunnah dan orang yang beragama dengan benar bagi orang yang mengingkari dan menolak pendapat ini" Kemudian pada bab Kehendak Allah Azza Wajalla, Imam As Shabuni menulis "Demikian juga termasuk mazhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahawa Allah azza wa jalla berkehendak atas semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, yang baik maupun yang jelek. Tidak ada seorang pun yang beriman kecuali dengan kehendakNya. Dan tidak ada seorangpun yang kafir kecuali dengan kehendakNya. Jika Allah menghendaki, nescaya Allah jadikan mereka satu umat, sebagaimana firman Allah "Dan jikalau Rabbmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya..” Yunus 99 Kalau Allah menghendaki untuk tidak terjadi kemaksiatan, Allah tidak ciptakan Iblis. Maka kekufuran orang yang kafir, keimanan orang yang beriman, semuanya terjadi kerana ketentuan, takdir, keinginan dan kehendakNya. Dan Allah menghendaki semuanya itu dan mentakdirkannya. Namun Allah meridhai keimanan dan membenci kekufuran dan kemaksiatan. Allah berfirman "Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan iman kamu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, nescaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu" Az-Zumar 7 Aqidah Salaf Ashabul Hadis Oleh itu ASWJ menetapkan bahawa perbuatan manusia secara hakikatnya adalah dilakukan oleh manusia itu sendiri, bukannya Allah. Kerana itu Imam As Shabuni berkata bahawa perbuatan manusia adalah makhluk. Sesungguhnya manusia memiliki kemahuan dan manusia telah dibekali oleh Allah dengan daya untuk berbuat sesuatu. Kemudian Allah telah memberikan manusia pilihan untuk membuat perbuatan yang baik dan buruk. Walaupun Allah memberikan kebebasan manusia untuk memilih, namun Allah tetap berkeinginan agar manusia berbuat kebaikan dan meninggalkan kejahatan, kerananya Allah mengingatkan manusia akan balasan syurga dan neraka. Namun yang menentukan adalah diri manusia dimana manusia akan menurut kemahuannya sendiri. Beruntunglah jika kemahuan manusia itu selari dengan kemahuan Allah. Dalam bahasa yang mudah, manusia mempunyai masyiah kehendak serta qudrah kemampuan, demikian juga bahawa Allah memiliki masyiah kehendak serta qudrah kemampuan, namun manusialah yang akan menentukan perbuatan yang akan dia lakukan. Namun perlu diketahui dan diyakini bahawa kehendak serta kemampuan manusia akan terjadi dengan masyiah kehendak serta qudrah kemampuan Allah. Allah berfirman "bagi siapa di antara kamu yang mahu menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam" QS. at-Takwir 28-29 Dengan demikian, adalah sesat pendapat orang yang mengatakan bahawa manusia itu terpaksa atas perbuatannya, tidak mempunyai iradah kemahuan dan qudrah kemampuan. Sesat pula pendapat orang yang mengatakan bahawa manusia dalam perbuatannya ditentukan oleh kemauan serta kemampuannya, kehendak serta takdir Allah tidak ada pengaruhnya sama AHLUL HADIS WAL ATSAR DALAM MASALAH TAQDIR Prinsip 1Beriman bahawa Allah mengetahui segala sesuatu secara global mahupun terperinci baik yang terkait dengan perbuatan-Nya mahupun perbuatan para hamba-Nya. Kita juga wajib mengimani bahawa Allah telah menulis hal itu di Lauh Mahfuzh. Prinsip 2Beriman bahawa seluruh yang terwujud dengan kehendak Allah, baik yang berkaitan dengan perbuatan-Nya mahupun perbuatan makhluk-Nya. Prinsip 3Beriman bahawa seluruh yang ada, zatnya, sifatnya, dan geraknya diciptakan oleh Allah. Prinsip 4Beriman kepada takdir tidak menafikkan kehendak dan kemampuan manusia. Di sinilah perbezaan antara Ahlul Sunnah dengan Asyaariyah dan golongan sesat yang lain. Prinsip 5Beriman kepada takdir bukan alasan untuk meninggalkan kewajiban atau untuk mengerjakan maksiat. Prinsip 6Keimanan yang benar terhadap takdir Allah memiliki buah yang baik bagi pelakunya. Diantara buahnya adalah Bersabar ketika musibah melanda dan bersyukur ketika mendapat nikmat. Sedar bahawa kejayaan atau keburukan semuanya diatas kehendak dan takdir Allah Mengetahui bahawa kemaksiatan yang dia lakukan akan dibalas dosa dan kebaikan yang dia lakukan akan diberi pahala ___________________________ ~ Abu Amru Radzi Othman ~ Lajnah Makalah Agama _____________________________
Setiapperbuatan dan tindakan. manusia bergantung kepada usaha. dan ikhtiar manusia sendiri. Contohnya :- makan , minum , rajin. ,malas dan lain-lain. f Afal Manusia. IKHTIARI IJBARI. Sesuatu perkara yang berlaku atas kemahuan,pilihan dan kehendak manusia sendiri. Contoh:-makan , minum , membaca alquran berzikir dan lain-lain. Tauhid merupakan dasar umat Islam. Kepercayaan bahwa Allah adalah Tuhan yang satu dan merupakan satu-satunya diakui oleh semua mukmin tanpa ada pertentangan akan hal itu. Namun semua itu perlu pengenalan untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Dalam memasuki pintu keTuhanan menjadi hal yang mendalam yaitu mengenal zat, sifat, af’al dan asma’ ALLah Taala. Perlu diingat juga bahwa segala perbuatan apapun yang terjadi dan berlaku di dalam alam ini pada hakikatnya adalah Af’al Perbuatan Allah ta’ala. A. DZAT “Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali “Aku”, maka, sembahlah “Aku” Qs At Thoha 14 ayat ini menyebutkan “pribadinya” atau dzat Allah, kalimat….sembahlah “Aku”…Dzat Allah merupakan perwujudan dari adanya Allah. Sama halnya manusia ada, karena Allah dan dzat-Nya ada. Allah SWT merupakan zat pribadi dimana zat pribadi merupakan satu perwujudan yang berdiri sendiri tanpa adanya ketergantungan pada dzat yang lain. Sangat berbeda dengan manusia yang membutuhkan Allah untuk bisa hidup. Adanya alam, malaikat, jin, dan manusia itu tercipta karena adanya akibat dari adanya dzat Allah. Semua ada karena dzat yang maha Qadim. Dzat Allah SWT memiliki sifat-sifat yaitu 20 Sifat Allah yang wajib, sifat yang mustahil bagi Allah SWT, dan sifat yang ada pada dzat Allah. B. SIFAT Sebagai Sang Khalik, Allah swt memiliki sifat-sifat yang tentunya tidak sama dengan sifat yang dimiliki oleh manusia ataupun makhluk lainnya. Mengenal sifat-sifat Allah dapat meningkatkan keimanan kita. Seseorang yang mengaku mengenal dan meyakini Allah itu ada namun ia tidak mengenal sifat Allah, maka ia perlu lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Sifat-sifat Allah yang wajib kita imani ada 20. C. AF’AL Af’al Allah adalah perbuatan Allah. Bahwa segala yang ada di dunia ini termasuk manusia adalah Af’al perbuatan Allah SWT. Adanya bumi, langit, manusia, malaikat, jin, surga, neraka dan yang lainnya merupakan Af’al Allah yang disediakan oleh Allah untuk manusia. Cara musyahadah menyaksikan tauhid af’al yaitu Melakukan syuhud memandang/menyaksikan dan menanamkan keyakinan dalam hati bahwa segala perbuatan yang menurut kita baik dan jahat itu semua dari Allah.“Allah yang menjadikan kamu dan apa yang kamu perbuat.” ash shoffat 96 Perbuatan yang terjadi digolongkan pada Baik pada bentuk rupa dan isi hakekatnya seperti iman dan taat. Buruk pada bentuk rupa namun baik pada pengertian isi hakekat seperti kufur dan perlu digaris bawahi bahwa tidak akan ada perbuatan buruk pada diri manusia jika manusianya sendiri tidak melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri. D. ASMA Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 “Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. Asmaaul husna secara harfiah ialah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah. Ia berkait dengan sifat dan af’al. dimana secara umum kita mengenal 99 nama Allah. Bahwa manusia hanya mampu dan hanya boleh mengenal sifat, af’al, dan Asma Allah saja. Dzat Allah tidak akan pernah mampu dicapai oleh pemikiran manusia terpintar sekalipun.“Fikirkanlah olehmu sifat ALLah dan jangankamu memikirkan akan zatNya”.Allah meliputi segala sesuatu Al fushilat 54 adalah kesempurnaan .. dzat , sifat, asma, dan af’al
Adanyabumi, langit, manusia, malaikat, jin, surga, neraka dan yang lainnya merupakan Af'al Allah. Firman Allah : "Allah yang menjadikan kamu dan apa yang kamu perbuat." (QS. ash shaffat : 96). Ketahuilah bahwa untung baik (seperti beriman) dan untung jahat (seperti kafir) semuanya sudah ditetapkan oleh Allah.
– Af’alul khomsah adalah lima fi’il mudhari’ yang memiliki karakteristik khusus dalam hukum i’rabnya sehingga menjadi pembagian sendiri dalam penjelasan kalimat fi’il Bahasa Arab. Yang perlu diperhatikan, jangan sampai tertukar dengan istilah asmaul khomsah. Afalul khomsah = fi’il yang lima. Asmaul khomsah = isim yang lima. Karena sama-sama menggunakan istilah khomsah, banyak pemula yang tertukar saat menyebutkan keduanya. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut apa itu afalul khomsah beserta contohnya, yuk simak penjelasannya berikut ini. Secara bahasa Secara bahasa, afalul khamsah الأفعال الخمسة terdiri dari dua kata الأفعال dan الخمسة. الأفعال merupakan jamak taksir dari lafadz الفعل yang berarti kalimat-kalimat fi’il. GUNAKAN PROMO INI SEBELUM KEHABISAN .... Sedangkan kata الخمسة berarti yang lima. Dengan demikian, secara bahasa, afalul khomsah berarti fi’il-fi’il yang limat. Secara istilah Adapun menurut istilah ilmu nahwu, definisi afalul khomsah yaitu sebagai berikut الأفعال الخمسة هي كل فعل مضارع اتّصل به ألف الاثنين، أو واو الجماعة، أَو يَاء المخاطبة Af’alul khomsah adalah setiap fiil mudhari’ yang bersambung dengannya alif tatsniyah, atau wawu jamak, atau ya’ mukhotobah.kitab An-Nahwu At-Tathbiqiyy Macam Macam Afalul Khomsah gambar tabel macam macam af’alul khomsah Dilihat dari pengertiannya, af’alul khomsah bisa dibagi menjadi 3 kelompok besar Alif tatsniyah Afalul khomsah dari alif tatsniyah ada dua macam يَفْعَلَانِ dan تَفْعَلَانِ. Keduanya berasal dari dhomir huma dan antuma. Lihat tabel berikut ini NoDhomirAfalul KhomsahArtinya1lk2-هُمَايَفْعَلَانِMereka berdua laki-laki sedang/akan mengerjakan2pr-هُمَاتَفْعَلَانِMereka berdua perempuan sedang/akan mengerjakan3اَنْتُمَاتَفْعَلَانِKalian berdua bisa laki/perempuan sedang/akan mengerjakanTabel afalul khomsah dari alif tatsniyah Perhatikan kata تَفْعَلَانِ. INGIN PINTAR BERBAHASA ARAB? BELI BUKUNYA DENGAN HARGA PROMO DI SINI Kata tersebut bisa digunakan untuk mereka berdua perempuan, dan bisa juga untuk kamu berdua baik laki-laki maupun perempuan. Wawu Jamak Pembagian af’alul khomsah yang kedua, yang diikuti dengan wawu jamak. Ada dua macam juga. Berasal dari dhomir hum dan antum. Lihat tabel berikut untuk lengkapnya NoDhomirAfalul KhomsahArtinya1هُمْيَفْعَلُوْنَMereka laki-laki sedang/akan mengerjakan2اَنْتُمْتَفْعَلُوْنَKalian laki-laki sedang/akan mengerjakanTabel afalul khomsah dari wawu jama’ah Baca jamak mudzakkar salim. Ya Mukhotobah Yang terakhir, satu fi’il mudhari’ yang diikuti ya’ mukhotobah. Berasal dari dhomir anti اَنْتِ. Yaitu تَفْعَلِيْنَ. Artinya kamu perempuan sedang/akan mengerjakan. Sebutkan Af’alul Khomsah Apa Saja! Setelah mengetahui pembagiannya, maka bisa kita ringkas, 5 fi’il mudhori’ yang disebut dengan afaalul khomsah yaitu يَفْعَلَانِ contohnya contohnya contohnya contohnya contohnya تَكْتُبِيْنَ. Silakan hafalkan 5 fi’il mudhari’ di atas agar nanti lancar saat menentukan i’rabnya. 5 Kondisi di atas adalah kondisi saat marfu’. Hukum I’rab Af’alul Khomsah Alamat i’rob af’alul khomsah yaitu sebagai berikut Alamat rofa’ af’alul khamsah adalah bitsubutin-nun dengan tetapnya nun. Contohnya الْمُسْلِمُوْنَ يُصَلُّوْنَ فِي الْمَسْجِدِ. Para lelaki muslim sedang sholat di khamsah saat nashob ditandai dengan membuang nun. Contohnya الْمُسْلِمُوْنَ لَنْ يُصَلُّوْا فِي السَّفِيْنَةِ. Para lelaki muslim tidak akan sholat di khamsaat saat jazm ditandai dengan membuang nun. لَمْ يُصَلُّوْا. Saat nashob dan jazm, nun dibuang. Saat rofa’, nun tetap ada. Pembagian Af’alul Khomsah Afalul khomsah bisa juga dibagi menjadi 3 yaitu Bentuk ma’lum Yaitu yang berbentuk kata kerja aktif. Bisa diartikan me-. Contohnya يَنْصُرَانِ، تَنْصُرَانِ، يَنْصُرُوْنَ، تَنْصُرُوْنَ، تَنْصُرِيْنَ Artinya menolong. Contohnya dalam bentuk kalimat. الْمُسْلِمَانِ يَنْصُرَانِ أَخَاهُمَا Dua orang muslim menolong saudara mereka berdua. Bentuk majhul Berbentuk kata kerja pasif. Artinya di-. يُنْصَرَانِ، تُنْصَرَانِ، يُنْصَرُوْنَ، تُنْصَرُوْنَ، تُنْصَرِيْنَ Artinya ditolong. Contohnya dalam kalimat الْمُسْلِمَانِ يُنْصَرَانِ. Penjelasan Af’alul Khomsah Lanjutan Alif tatsniyah, wawu jamak, dan ya mukhotobah pada afalul khomsah, ada kalanya menjadi fa’il, naibul fa’il, dan isimnya kaana. Menjadi fa’il, jika dalam bentuk ma’lum, seperti يَجْلِسُوْنَ, mereka laki-laki naibul fa’il, dalam bentuk majhul, seperti يُكْتَبُوْنَ, mereka laki-laki isimnya kaana, seperti يَكُوْنَانِ، يَكُوْنُوْنَ، تَكُوْنِيْنَ. Contoh Kalimat Af’alul Khomsah Contoh dibentuk dari fiil madhi Berikut ini contoh afalul khomsah beserta artinya NoFiil MadhiAf’alul KhomsahMa’lumAf’alul KhomsahMajhulArtinya1ضَرَبَيَضْرِبُوْنَيُضْرَبُوْنَMemukul/Dipukul2اَخْرَجَيُخْرِجَانِيُخْرَجَانِMengeluarkan/Dikeluarkan3عَلَّمَتُعَلِّمُوْنَتُعَلَّمُوْنَMengajar/Diajar4اَكْرَمَتُكْرِمَانِتُكْرَمَانِMemuliakan/Dimuliakan5قَرَأَيَقْرَأُوْنَيُقْرَأُوْنَMembaca/Dibaca6اَذْهَبَتُذْهِبِيْنَتُذْهَبِيْنَMenghilangkan/Dihilangkan7مَنَعَيَمْنَعُوْنَيُمْنَعُوْنَMencegah/Dicegah8اَنْزَلَيُنْزِلُوْنَيُنْزَلُوْنَMenurunkan/Diturunkan9سَأَلَتَسْأَلُوْنَتُسْأَلُوْنَBertanya/Ditanya10عَرَفَيَعْرِفُوْنَيُعْرَفُوْنَMengetahui/DiketahuiTabel contoh afalul khomsah Contoh dalam Al Qur’an Berikut ini contoh-contoh afalul khomsah di dalam Al Qur’an beserta surat dan ayatnya Marfu’ Surat Al Baqarah ayat 75 اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا لَكُمْ. Maka apakah kamu Muslimin sangat mengharapkan mereka akan percaya al Maidah ayat 37 يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ النَّارِ. Mereka ingin keluar dari Ar-rahman ayat 6 وَّالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ. Dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk kepada-Nya.Surat Hud ayat 73 قَالُوْٓا اَتَعْجَبِيْنَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ. Mereka para malaikat berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah?Surat Hud ayat 18 اُولٰۤىِٕكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى رَبِّهِمْ. Mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan al ahqaf ayat 17 وَهُمَا يَسْتَغِيْثٰنِ اللّٰهَ. Lalu kedua orang tuanya itu memohon pertolongan kepada Allah. Manshub Surat Al Baqoroh ayat 75 اَفَتَطْمَعُوْنَ اَنْ يُّؤْمِنُوْا al Maidah ayat 37 يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّخْرُجُوْا مِنَ Al Kahfi ayat 82 ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَۚ. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Majzum Surat As-shaffat ayat 29 قَالُوْا بَلْ لَّمْ تَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَۚ. Pemimpin-pemimpin mereka menjawab, “Tidak, bahkan kamulah yang tidak mau menjadi orang At-Tahrim ayat 10 فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا. Tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari siksaan Al Qashash ayat 7 وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ. Dan janganlah engkau takut dan jangan pula bersedih hati. Beri’rab jazm karena didahulu laa nahiyah. Baca juga Alamat nashob jamak muannats salim. Akhir Kata Setelah membaca artikel ini, mudah-mudahan kamu bisa menjawab, apa yang dimaksud afalul khomsah, bisa sebutkan macam dan contohnya, serta bisa menentukan i’rab yang tepat. Demikian materi penjelasan lengkap tentang af’alul khomsah kali ini. Silakan dishare jika materi ini bermanfaat. Baca juga isim ghoiru munshorif.
1 Tajalli Af'al Tajalli Af'al (perbuatan) lenyapnya af'al seorang hamba dan yang ada hanya af'al Allah SWT. Af'al yang hakiki adalah Af"al Allah. Segala sesuatu yang ada ini pada hakikatnya adalah hasil af'al Allah, yang dilakukan oleh makhluknya merupakan sunatullah semata. Sunatullah yang merupakan sebab dan akibat
Apakah itu Af’al al-Qulub? Pernahkah anda mendengar istilah Af’al al-Qulub dalam ilmu Nahwu? Dari namanya kita bisa menebak bahwa ia adalah fi’il yang berhubungan dengan hati, tapi apa sebenarnya af’al al-qulub itu? Pengertian Af’al al-Qulub Af’al al-Qulub berasal dari kata af’al pekerjaan-pekerjaan dan al-qulub beberapa hati. Ia merupakan fi’il yang dilakukan dan dirasakan oleh indra bathin hati yang me-nashab-kan dua maf’ul yang berasal dari susunan mubtada’ khabar. BACA JUGA FI’IL MUTA’ADDI DAN FI’IL LAZIM Af’al al-Qulub berjumlah 14, di antaranya adalah رَأَى ,عَلِمَ ,دَرَى ,وَجَدَ ,أَلْفَى ,تَعَلَّمْ ,ظَنَّ ,خَالَ ,حَسِبَ ,جَعَلَ ,حَجَا ,عَدَّ ,زَعَمَ ,هَبْ Fi’il-fi’il ini disebut sebagai “Af’al al-Qulub” karena ia merupakan pekerjaan yang dilakukan dan dirasakan oleh indra bathin, maka dari itu, makna-maknanya berada pada hati al-qulub. Namun tidak semua fi’il qalbiy yang berhubungan dengan hati me-nashab-kan dua maf’ul, melainkan di antaranya ada yang me-nashab-kan satu maf’ul seperti عَرَفَ dan فَهِمَ tahu dan paham. Dan adapula yang berhukum lazim tidak memiliki maf’ul seperti حَزُنَ dan جَبُنَ sedih dan takut. Adapun yang dimaksud dengan asal maf’ul merupakan mubtada’ khabar bisa kita lihat pada contoh di bawah ini ظَنَنْتُ زَيْدًا مُسَافِرًا Aku mengira Zaid adalah orang bepergian Contoh di atas berasal dari susunan mubtada’ khobar berikut زَيْدٌ مُسَافِرٌ Zaid adalah orang yang bepergian Menghapus kedua atau salah satu maf’ul Af’al al-Qulub Tidak boleh menghapus kedua maf’ul atau salah satu maf’ul af’al al-qulub dengan alasan iqtishar merasa cukup, dalam artian tanpa dalil. Namun jika ada dalil dengan alasan ikhtishar, yakni meringkas, maka boleh menghapus kedua maf’ul atau salah satunya. Contoh terhapusnya dua maf’ul karena ada dalil adalah sebagai berikut Ketika ada yang bertanya هَلْ ظَنَنْتَ خَالِدًا مُسَافِرًا؟ Apakah kamu mengira khalid adalah orang yang bepergian? Kemudian yang ditanya menjawab ظَنَنْتُ Aku telah mengira Maksudnya adalah ظَنَنْتُهُ مُسَافِرًا Aku telah mengiranya khalid orang yang bepergian Ada juga contoh dari al-Qur’an أَيْنَ شُرَكَاءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ – القصص 62 Artinya Di mana sekutu-sekutuKu yang engkau yakini اي كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَهُمْ شُرَكَاءِيْ Maksudnya kamu yakin mereka sekutu-sekutuKu Dan contoh dari kata-kata bijak مَنْ يَسْمَعْ يَخَلْ Barangsiapa mendengar maka menyangka اي يَخَلْ مَا يَسْمَعُهُ حَقًّا Maksudnya menyangka apa yang ia dengar sebagai kebenaran Sedangkan contoh terhapusnya satu maf’ul karena ada dalil sebagai berikut Ketika ada yang bertanya هَلْ تَظُنُّ أَحَدًا مُسَافِرًا؟ Apakah kamu mengira seseorang adalah orang yang bepergian? Kemudian seseorang menjawab أَظُنُّ خَالِدًا Aku mengira Khalid اي أَظُنُّ خَالِدًا مُسَافِرًا Maksudnya Aku mengira Khalid adalah orang yang bepergian Namun jika tidak ada dalil yang menunjukkan pada maf’ul yang terhapus maka tidak diperbolehkan menghapus kedua maf’ul atau salah satunya. Inilah pendapat shahih dari beberapa madzhab ulama’ nahwu. Macam-macam Af’al al-Qulub Kemudian, af’al al-qulub dibagi menjadi dua macam Pertama, af’al al-yaqin أفعال اليقين, yang menunjukkan pada keyakinan kepercayaan yang mantap. Kedua, af’al adh-dhann أفعال الظنّ, yang menunjukkan pada dugaan cenderung/condong pada salah satu kemungkinan. Af’al al-Yaqin أفعال اليقين Af’al al-yaqin أفعال اليقين ada 6, yaitu رَأَىعَلِمَدَرَىتَعَلَّمْوَجَدَأَلْفَى Adapun penjelasannya sebagai berikut 1. رَأَى رَأَى yang bermakna عَلِمَ وَاعْتَقَدَ tahu dan meyakini نحو رَأَيْتُ زَيْدًا مُعَلِّمًا Aku tahu dan yakin bahwa Zaid adalah seorang guru Tidak ada perbedaan antara keyakinan yang sesuai dengan kenyataan dan keyakinan yang berdasar atas kepercayaan yang mantap saja, walaupun keyakinan tersebut berbeda dengan kenyataan. Karena keyakinan itu dinisbatkan/dikembalikan kepada orang yang memiliki keyakinan tersebut. Sebagaimana contoh dalam al-Qur’an. إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيْدًا ۝ وَنَرٰىهُ قَرِيْبًا ۝ – المعارج ٧-٦ Artinya Sesungguhnya mereka orang-orang kafir meyakininya ba’ts/kebangkitan jauh tercegah dan kita meyakininya ba’ts dekat terjadi/nyata. رَأَى yang bermakna selain عَلِمَ وَاعْتَقَدَ رَأَى yang bermakna الْحِلْمِيَّة bermimpi juga me-nashab-kan dua maf’ul. رَأَى ini memiliki mashdar الرُّأْيَا mimpi/penglihatan saat tidur dan me-nashab-kan dua maf’ul karena juga termasuk pekerjaan yang dilakukan dan dirasakan oleh indra bathin. Contohnya sebagai berikut إِنِّيْ أَرٰىنِيْ أَعْصِرُ خَمْرًا – يوسف ٣٦ Artinya Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras khamr Maf’ul yang pertama pada contoh ayat tersebut adalah ya’ mutakallim dan maf’ul keduanya adalah jumlah “أَعْصِرُ خَمْرًا” Namun jika رَأَى adalah بَصَرِيَّة yang bermakna “أًبْصَرَ وَرَأَى بِعَيْنِهِ melihat dengan matanya”, maka ia hanya muta’addi pada satu maf’ul. نحو رَأَيْتُ زَيْدًا Aku telah melihat Zaid رَأَى yang bermakna “إِصَابَةُ الرِّئَةِ” mengenai paru-paru juga muta’addi pada satu maf’ul. نحو ضَرَبَهُ فَرَأَىهُ Aku memukulnya lalu aku mengenai paru-paru-nya 2. عَلِمَ عَلِمَ yang bermakna اعْتَقَدَ yakin muta’addi sampai dua maf’ul. نحو فَإِنْ عَلِمْتُمُوْهُنَّ مُؤْمِنٰتٍ – الممتحنة ١٠ Artinya “Lalu jika kalian yakin bahwa mereka perempuan-perempuan berhijrah adalah orang-orang beriman…” عَلِمَ yang bermakna selain اعْتَقَدَ Apabila عَلِمَ bermakna عَرَفَ mengerti maka ia hanya muta’addi sampai dengan satu maf’ul. نحو عَلِمْتُ الْأَمْرَ Aku telah mengetahui perkara tersebut وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا – النحل ٧٨ Artinya “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dengan keadaan kalian tidak mengetahui sesuatu” Dan apabila عَلِمَ bermakna شَعَرَ , أَحَاطَ , أَدْرَكَ merasa, meliputi, dan menyampaikan maka ia muta’addi sampai satu maf’ul dengan dirinya sendiri atau dengan perantara huruf ب ba’. نحو عَلِمْتُ الشَّيْئَ / عَلِمْتُ بِالشَّيْئِ Aku telah merasakan sesuatu 3. دَرَى دَرَى yang bermakna عَلِمَ عِلْمَ اعْتِقَادٍ mengetahui dengan pengetahuan keyakinan me-nashab-kan dua maf’ul sebagaimana contoh berikut دَرَيْتُكَ مُجْتَهِدٌ Aku telah mengetahui dengan pengetahuan keyakinan bahwa kamu adalah orang yang rajin Atau bisa kita lihat pada contoh syiir bahar thawil berikut دُرِيْتَ الْوَفِيَّ الْعَهْدَ يَا عَمْرُو فَاغْتَبِطْ فَإِنَّ اغْتِبَاطًا بِالْوَفَاءِ حَمِيْدُ Artinya Telah diketahui dengan pengetahuan keyakinan bahwa engkau adalah orang yang menepati janji Wahai Amr, maka bergembiralah! Sesungguhnya bergembira sebab memenuhi janji itu terpuji Catatan Pada syair tersebut memang “دَرَى” bentuknya bina’ majhul sehingga “تَ” pada “دُرِيْتَ” adalah maf’ul pertama yang berdiri sebagai naib fa’il dan “الْوَفِيَّ” adalah maf’ul kedua yang berdiri sebagai maf’ul pertama. Namun yang sering kali dilakukan pada penggunaan “دَرَى” adalah ia muta’addi kepada satu maf’ul dengan perantara huruf ba’, misalnya دَرَيْتُ بِالشَّيْءِ aku mengetahui sesuatu. دَرَى dengan makna lain Namun apabila دَرَى bermakna “خَتَلَ” memperdaya, maka ia muta’addi sampai satu maf’ul saja, misal دَرَيْتُ الصَّيْدَ aku telah memperdaya binatang buruan. Dan apabila دَرَى bermakna “حَكَّ” menggaruk/menyisir, maka ia juga muta’addi sampai satu maf’ul saja. Misalnya دَرَيْتُ رَأْسِيْ بِالْمِدْرَى aku telah menyisir kepalaku dengan sisir. 4. تَعَلَّمْ تَعَلَّمْ yang bermakna اعْلَمْ وَاعْتَقِدْ ketahuilah dan yakinlah! muta’addi sampai dua maf’ul. Sebagaimana pada syi’ir bahar thawil berikut نحو تَعَلَّمْ شِفَاءَ النَّفْسِ قَهْرَ عَدُوِّهَا فَبَالِغْ بِلُطْفٍ فِي التَّحَيُّلِ وَالْمَكْرِ Yakinlah! sembuhnya hati itu menundukkan musuhnya Maka sampaikanlah dengan lembut dalam siasat dan muslihat Namun penggunaan تَعَلَّمْ dengan diikuti “أَنَّ وَصِلَتُهَا” anna dan shilah/jumlah yang terhubung dengannya lebih banyak dan lebih masyhur. Misalnya pada syiir bahar wafir berikut تَعَلَّمْ أَنَّ خَيْرَ النَّاسِ مَيْتٌ عَلَى جِفْرِ الْهَبَاءَةِ لَا يَرِيْمُ Yakinlah sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah orang mati Yang tidak meninggalkan Jifr al-Haba’ah rawa di Negara Ghathfan تَعَلَّمْ dengan makna lain Apabila تَعَلَّمْ merupakan amr/perintah dari fiil “تَعَلَّمَ يَتَعَلَّمُ” belajar maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul saja. نحو تَعَلَّمُوْا الْعَرَبِيَّةَ وَعَلِّمُوْهَا النَّاسَ Belajarlah Bahasa Arab dan ajarkanlah Bahasa Arab tersebut kepada manusia! 5. وَجَدَ وَجَدَ yang bermakna عَلِمَ وَاعْتَقَدَ tahu dan yakin muta’addi sampai dua maf’ul. Sedangkan mashdar dari fi’il ini adalah الْوُجُوْدُ وَالْوِجْدَانُ . نحو وَجَدْتُ الصِّدْقَ زِيْنَةَ الْعُقَلَاءِ Aku yakin dengan pengetahuan keyakinan bahwa kejujuran adalah perhiasan orang-orang yang berakal وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفٰسِقِيْنَ – الأعراف ١٠٢ Sesungguhnya Kami yakin bahwa kebanyakan dari mereka sungguh orang-orang fasiq وجد dengan makna lain وجد dengan makna lain dengan makna di atas pengetahuan keyakinan tidak termasuk af’al al-qulub. Contohnya seperti Bermakna “mengenai dan mendapatkan sesuatu setelah kehilangannya” وَجَدْتُ الْكِتَابَ وُجُوْدًا وَوِجْدَانًا Aku menemukan kitab dengan sebenar-benarnya penemuan Bermakna “dendam dan marah” وَجَدَ عَلَيْهِ مَوْجِدَةً Aku marah padanya dengan sebenar-benarnya marah إِنِّيْ سَائِلُكَ فَلَا تَجِدْ عَلَيَّ Sesungguhnya aku adalah orang yang bertanya padamu maka janganlah engkau marah padaku Bermakna “sedih” atau “suka” وَجَدَ بِهِ وَجْدًا Aku sedih padanya dengan sebenar-benarnya sedih وَجَدَ بِهِ وَجْدًا Aku suka dengannya dengan sebenar-benarnya suka Bermakna “merasa cukup” وَجَدَ جِدَةً Aku merasa cukup dengan sebenar-benarnya rasa cukup 6. أَلْفَى أَلْفَى yang bermakna عَلِمَ وَاعْتَقَدَ tahu dan yakin muta’addi sampai dua maf’ul. نحو أَلْفَيْتُ قَوْلَكَ صَوَابًا Aku yakin bahwa ucapanmu benar أَلْفَى dengan makna lain Apabila أَلْفَى bermakna “menemukan” أصاب الشيء وظفر به maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul saja. نحو أَلْفَيْتُ الْكِتَابَ Aku menemukan kitab وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا الْبَابِ – يوسف ٢٥ Dan mereka berdua mendapati tuan/suami wanita tersebut di depan pintu Af’al adh-Dhann أَفْعَالُ الظَّنِّ Af’al adh-Dhann merupakan fi’il-fi’il yang menunjukkan makna dugaan yakni kecenderungan pada salah satu kemungkinan. Dan af’al adh-dhann terdapat dua macam, yakni Macam Pertama, yang bermakna dua yakni dugaan dan yakin, namun kebanyakan bermakna dugaan. Seperti ظَنَّ , خَالَ , حَسِبَ Macam Kedua, yang bermakna dugaan saja. Seperti جَعَلَ , حَجَا , عَدَّ , زَعَمَ , هَبْ Macam Pertama Terdapat tiga fiil pada macam ini, antara lain 1. ظَنَّ ظَنَّ merupakan fiil yang menunjukkan kecenderungan pada salah satu kemungkinan. نحو ظَنَنْتُكَ مُسْلِمًا Aku mengira engkau adalah orang Islam Terkadang ظَنَّ menunjukkan makna yakin, misalnya الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُلَاقُوْا رَبِّهِمْ – البقرة ٤٦ Yaitu orang-orang yang telah yakin bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bertemu dengan Tuhannya وَظَنُّوْا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللهِ إِلَّا إِلَيْهِ – التوبة ۱۱۸ Dan mereka telah mengetahui/meyakini bahwasanya tidak ada tempat berlari dari siksa Allah kecuali hanya kepada Allah Namun apabila ظَنَّ bermakna اتَّهَمَ menuduh maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul saja. نحو ظَنَّ الْقَاضِيُ فُلَانًا Seorang hakim telah menuduh si anu 2. خَالَ خَالَ maknanya sama dengan ظَنَّ yang menunjukkan kecenderungan. نحو خَالَ زَيْدٌ بَكْرًا مُعَلِّمًا Zaid telah menduga Bakr adalah guru Dan terkadang خَالَ menunjukkan makna yakin, seperti pada syiir bahar thawil berikut دَعَانِي الْغَوَانِي عَمَّهُنَّ وَخِلْتُنِيْ لِيَ اسْمٌ فَلَا أُدْعَى بِهِ وَهُوَ أَوَّلُ Orang-orang kaya memanggilku sebagai paman mereka dan engkau yakin bahwa aku mempunyai nama, lalu bukankah aku dipanggil dengan nama tersebut yang aku punya itu lebih utama? خِلْتُنِيْ لِيَ اسْمٌ Ya’ mutakallim pada خِلْتُنِيْ لِيَ اسْمٌ merupakan maf’ul pertama dan jumlah “لِيَ اسْمٌ” menempati tempat nashab sebagai maf’ul kedua. 3. حَسِبَ حَسِبَ mempunyai makna yang sama dengan ظَنَّ yang menunjukkan kecenderungan. نحو يَحْسَبُهُمْ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ – البقرة ۲۷۳ Orang yang bodoh menduga bahwa mereka orang-orang kaya sebab memelihara diri dari meminta-minta وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُوْدٌ – الكهف ۱۸ Dan kamu mengira bahwa mereka terjaga sedangkan mereka itu tidur Terkadang حَسِبَ menunjukkan makna keyakinan seperti halnya contoh pada bahar thawil berikut حَسِبْتُ التُّقَى وَالْجُوْدَ خَيْرَ تِجَارَةٍ رَبَاحًا إِذَا مَا الْمَرْءُ أَصْبَحَ ثَاقِلًا Aku yakin bahwa ketaqwaan dan kedermawanan adalah sebaik-baik perdagangan yakni keuntungannya ketika seseorang menjadi berat/sakaratul maut Macam kedua Terdapat lima fiil pada macam ini yakni af’al adh-dhann yang hanya menunjukkan makna dugaan, antara lain 1. جَعَلَ جَعَلَ dengan makna ظَنَّ atau “menduga” me-nashab-kan dua maf’ul نحو وَ جَعَلُوْا الْمَلٰئِكَةَ الَّذِيْنَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمٰنِ إِنَاثًا – الزخرف ۱۹ Artinya “Dan mereka menduga bahwa malaikat-malaikat yaitu hamba-hamba Allah adalah perempuan”. جَعَلَ dengan makna lain Apabila جَعَلَ bermakna أَوْجَدَ mewujudkan/menciptakan atau أَوْجَبَ menjaga/memperhatikan maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul saja. نحو وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ – الأنعام ١ Dan Allah menciptakan kegelapan-kegelapan dan cahaya اجْعَلْ لِنَشْرِ الْعِلْمِ نَصِيْبًا مِنْ مَالِكٍ Perhatikanlah bagian dari raja untuk penyebaran ilmu Selanjutnya, apabila جَعَلَ bermakna صَيَّرَ merubah maka ia termasuk pada af’al at-tahwil yang menashabkan dua maf’ul. Pembahasan mengenai af’al at-tahwil akan dibahas pada postingan selanjutnya. Lalu apabila جَعَلَ bermakna أَنْشَأَ mulai maka ia termasuk fiil muqarabah/fiil naqish yang menunjukkan makna “memulai dalam melakukan sesuatu”. جَعَلَ زَيْدٌ يَمْشِيْ Zaid mulai berjalan 2. حَجَا حَجَا dengan makna ظَنَّ atau “menduga” me-nashab-kan dua maf’ul حَجَوْتُ أَبَاكَ صَائِمًا Aku mengira ayahmu adalah orang yang berpuasa حَجَا dengan makna lain حَجَا hanya muta’addi sampai satu maf’ul apabila mempunyai makna-makna sebagaimana berikut Mengalahkan dalam teka-teki حَاجَيْتُهُ فَحَجَوْتُهُ Aku telah memberi teka-teki padanya lalu aku mengalahkannya dalam teka-teki Menolak/mencegah حَجَوْتُ زَيْدًا Aku telah mencegah Zaid Menyembunyikan/merahasiakan/menjaga حَجَوْتُ السِّرَّ Aku telah menyembunyikan/menjaga rahasia Menjalankan/mendorong حَجَتِ الرِّيْحُ سَفِيْنَةً Angin telah mendorong kapal Dan حَجَا berhukum lazim/tidak memiliki maf’ul apabila mempunyai makna sebagai berikut Mendiami/tinggal حَجَا بِالْمَسْجِدِ Ia mendiami/tinggal di masjid Kikir/terlampau hemat حَجَا بِالشَّيْءِ Ia terlampau hemat pada sesuatu 3. عَدَّ عَدَّ dengan makna ظَنَّ atau “menduga” me-nashab-kan dua maf’ul. Sebagaimana contoh pada syi’ir bahar thawil berikut نحو فَلَا تَعْدُدِ الْمَوْلٰى شَرِيْكَكَ فِي الْغِنَى وَلٰكِنَّمَا الْمَوْلٰى شَرِيْكُكَ فِي الْعُدْمِ Maka jangan kau kira anak paman adalah temanmu dalam kekayaan Akan tetapi anak paman adalah temanmu dalam kefakiran عَدَّ dengan makna lain Apabila عَدَّ bermakna “menghitung” maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul. نحو عَدَدْتُ الدَّرَاهِمَ Aku telah menghitung beberapa dirham 4. زَعَمَ زَعَمَ dengan makna ظَنَّ ظَنًّا رَاجِحًا “menyangka dengan sangkaan yang kuat” me-nashab-kan dua maf’ul. Sebagaimana contoh syi’ir bahar khafif berikut زَعَمْتَنِيْ شَيْخًا وَلَسْتُ بِشَيْخٍ إِنَّمَا الشَّيْخُ مَنْ يَدِبُّ دَبِيْبًا Kau menduga diriku adalah syaikh orang yang sudah tua, sedangkan diriku bukanlah syaikh Syaikh itu tidak lain adalah orang yang merangkak dengan sebenar-benarnya merangkak زَعَمَ dengan makna lain Namun secara umum penggunaan زَعَمَ lebih sering digunakan untuk menunjukkan makna dugaan yang salah, زَعَمَ mengungkapkan ucapan yang diduga sebagai kebohongan. Maka dari itu زَعَمَ digunakan dalam hal yang di dalamnya terdapat kebimbangan atau hal yang sudah diyakini kebohongannya. Orang arab biasanya berkata “زَعَمُوْا كَذَا وَ كَذَا” Orang arab berkata bla bla bla. Dalam artian ”bla bla bla” tersebut adalah perkataan yang bohong. Terkadang pula زَعَمَ bermakna “berkata” saja, tanpa embel-embel bahwa perkataan tersebut adalah kebohongan, dugaan, atau kebimbangan. Apabila زَعَمَ bermakna “memimpin” تَأَمَّرَ وَرَأَّسَ atau “menanggung“ كَفَلَ بِهِ maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul saja dan dengan perantara huruf jarr. زَعَمَ عَلَى الْقَوْمِ Ia telah memimpin kaum زَعَمَ بِالْمَالِ Ia telah menanggung harta Dan زَعَمَ yang bermakna “lezat/enak” berhukum lazim. زَعَمَ اللَّبَنُ Susu tsb enak 5. هَبْ هَبْ yang berbentuk perintah “fi’il amr” dengan makna “dugalah!” me-nashab-kan dua maf’ul. Sebagaimana contoh pada syi’ir bahar mutaqarib berikut فَقُلْتُ أَجِرْنِيْ أَبَا خَالِدٍ وَإِلَّا فَهَبْنِيْ امْرَءًا هَالِكًا Kemudian aku berkata “Tolonglah aku wahai Abu Kholid, dan jika tidak maka dugalah aku sebagai orang yang hancur” هَبْ dengan makna lain Apabila هَبْ bermakna “berikanlah!” berasal dari هِبَةً maka ia tidak termasuk af’al al-qulub walaupun ia muta’addi sampai dua maf’ul. Karena kedua maf’ul-nya bukan berasal dari mubtada’ khobar. هَبِ الْفُقَرَاءَ مَالًا Berilah orang-orang faqir harta! Menurut lughah yang fashih pada contoh di atas, هَبْ bermakna “berikanlah!” muta’addi kepada maf’ul pertama dengan bantuan lam’. هَبْ لِلْفُقَرَاءَ مَالًا Berilah harta kepada orang-orang faqir! Namun apabila هَبْ bermakna “takutlah!” berasal dari هَيْبَةً maka ia hanya muta’addi sampai satu maf’ul saja. هَبْ رَبَّكَ Takutlah pada Tuhanmu! Kesimpulan Af’al al-qulub ada 14 jumlahnya yaitu رَأَىعَلِمَدَرَىوَجَدَأَلْفَىتَعَلَّمْظَنَّخَالَحَسِبَجَعَلَحَجَاعَدَّزَعَمَهَبْ Dimana dari angka 1-6 adalah af’al al-yaqin, dan dari angka 7-14 merupakan af’al al-dhann. Namun 7, 8, dan 9 terkadang menunjukkan makna yakin. Demikian pembahasan af-al al-qulub semoga bermanfaat.
Salahsatu contoh adalah Allah menciptakan nyamuk, dan nyamuk diciptakan hanya untuk berbuat jahat yaitu menghisap darah. Tapi walaupun hanya menghisap darah, nyamuk tetap mempunyai manfaat.
TAUHIDUL AF’AL, ASMA, SIFAT DAN DZATInilah pelajaran tentang TAUHIDUL AF’AL, TAUHIDUL ASMA, TAUHIDUSSIFAT DAN TAUHIDUL AF’ALMENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA PERBUATAN Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian yang terdahulu mungkin kita sudah mendapatkan pelajaran bahwa selain untuk membersihkan hati juga kita mempunyai titik tujuan pelajaran dan ilmu Thoriqat tasawuf yaitu adalah menuju jalan kembali kepada Allah dan supaya wusul dan liqo/ bertemu Allah. Maka bagi seorang salik/ penuntut haruslah dimulai dengan mempelajari dan mengamalkan tauhidul af’al, artinya meng esakan Allah Ta’ala pada segala perbuatan. Yakni meninggalkan seluruh perbuatan yang ada pada makhluk ini kepada Allah. Maksudnya pandanganlah olehmu dengan syuhud hati dan dengan mata kepala dengan itikad yang putus dan dengan haqqul yakin, bahwa segala perbuatan dan gerakan yang ada terlihat dalam alam ini, baik yang datang dari diri kita sendiri maupun yang datang dari semua mahluk yang ada dalam alam ini , baik perbuatan yang diridhoi oleh syara' maupun yang dilarang oleh syara' adalah kesemuanya itu perbuatan Allah Ta’ itu perbuatan Allah , maka kalau kita lihat pada lahirnya segala perbuatan itu dilakukan oleh manusia/hamba dan segala hayawan dan lain-lain sebagainya. Tetapi namun kita teliti dengan cermat dan dengan penuh keyakainan dan dengan tinjauan akal, dengan seksama bahwasanya memang mahluk ini lemah, dhaif, hina tak punya daya upaya sama sekali. Dan tidak punya sifat ta’sir dan sebagainya. Sedangkan segala pebuatan itu tidak akan ada kalau sifat yang memperbuat itu tidak memiliki sifat-sifat tsb. Sifat-sifat ta’sir itu ialah Qudrat, Iradat, ilmu, hayat sedang semua sifat-sifat itu ialah kepunyaan dan milik Allah. Jadi segala perbuatan yang ada terlihat pada alam ini dan diri kita, itulah perbuatan mazazi namanya dan bukan hakiki. Itu adalah kenyataan perbuatan Allah kepada menyandarkan perbuatannya kepada kita, adalah tanda kasih sayangnya, supaya kita punya titik dan penempatan mengenal perbuatan Allah dan ASMA MENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ASMAMaksud dan tujuan meng esakan Allah Ta’ala pada nama yaitu yang sebenarnya ialah untuk mengenal dzat Allah, sehingga manakala kita memandang,mendengar,atau melihat nama apapun jua pada mahluk ini,maka tercurahlah pandangan basyirah kita dan perhatian kita kepada Allah Adapun pengertiaan meng esakan asma itu ialah menyatukan,meninggalkan,dan mengembalikan seluruh nama-nama atau nama-nama yang ada pada mahluk ini kepada nama dan dzat Allah Ta’ala. Baik nama-nama yang menurut hikmah dan manfa’at daripada benda alam ini ataupun nama-nama menurut perbuatan mahluk ini. yang disebut dengan nama perbuatan atau asmaul af’al. Sekira-kira dalam pandangan basyirah hati kita tidak ada yang bernama kecuali Allah. Jadi nama-nama ini tidak terbatas kepada asmaul husna saja, tetapi lebih luas dan lebih mendalam sekali atau tak dapat dihinggakan. Bermula kafiat meng Esakan Allah Ta’ala pada asma itu, yaitu kita pandang dengan mata kepala dan dengan mata hati kita pada asma Allah semata. Atau harus dikembalikan kepada Allah Ta’ala dengan dalil-dalil dan alasan sebagai berikut i. Karena af’al mahluk adalah mazhar dan kenyataan perbuatan Allah. Maka begitu juga asma mahluk adalah mazhar asma Allah yang tujuannya adalah untuk mengenal Tiap-tiap nama menuntut ujud sama, yakni tiap-tiap nama tidak terpisah dengan dzat yang empunya nama. Sedangkan kalau diperiksa dengan teliti dan dipandang dengan pandangan ma’rifat,maka tidak ada yang maujud pada hakikatnya kecuali dzat Allah Ta’ SIFATMENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA SEGALA SIFATMaksudnya meng Esakan Allah Ta’ala pada segala sifat ialah megembalikan, meninggalkan seluruh sifat-sifat yang ada pada mahluk ini kedalam sifat-sifat Allah dengan pengertian yaitu memfanakan sifat-sifat mahluk ini,kedalam sifat-sifat Allah Ta’ala sehingga tercapailah pandangan,bahwa tidak ada yang bersifat kecuali Allah Ta’ala tujuannya adalah untuk ma’rifat kepada Allah,sedangkan sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah nyata sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan sengaja Allah zahirkan sifat-sifatnya itu kepada hambanya atau mahluknya, karena rahmatnya supaya mahluk itu sendiri mempunyai tangga dan jembatan untuk mengenal sifat-sifat Allah. Dan bukan jadi dinding dan hijab untuk melihat sifat-sifat kaifiat dan cara memandang sifat Allah itu ialah Engkau pandang dengan mata hatimu dan dengan mata zahirmu dengan haqqul yakin dan dengan itiqad yang putus, bahwasanya tidak ada yang bersifat di dalam alam ini kecuali Allah. Seperti qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama, basyar dan kalam. Semuanya adalah sifat-sifat sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah sifat-sifat mazazi belaka, bukan hakiki. Maka daripada itu nyatalah kepada kita bahwa sifat-sifat yang ada pada kita sekarang ini adalah nyata sifat-sifat Allah semata. Kalau kita sudah mengembalikan sifat-sifat yang ada pada kita itu kepada Allah, niscaya fanalah sifat-sifat kita itu kepada sifat-sifat tidak ada lagi yang bersifat,kecuali Allah. Jadi jelaslah sudah kepada kita bahwa kita ini tidak punya perbuatan,tidak punya nama dan tidak punya sifat kecuali Allah. DZATMENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA DZATMeng Esakan Allah Ta’ala pada dzat adalah jalan yang terakhir dari perjalan seorang salik. Disnilah titik terahir bagi arif billah untuk menuju Allah dan disini perhentian perjalanan kaum sufi dan para wali-wali disinilah batasnya mi’rojnya orang-orang mukmin sejati. Apabila sudah mencapai kepada makam tauhidul dzat itu, maka diperolehnya kelezatan dan kenikmatan yang tiada dengan itulah yang dapat memuaskan dahaga jiwanya menenangkan qolbunya,nikmat-nikmat yang tak dapat diperoleh orang lainnya. Inilah puncak rasa menikmati ridhonya , puncak kebahagiaan yang kekal dan abadi sepanjang masa. Sumber dari Haris Haris / THORIQAT NAQSYABANDIYAH About roslanTv Tarekat Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis. . 460 102 416 92 201 323 434 123

contoh af al allah